Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) telah menjadi penyebab kematian terbesar nomor lima di dunia. WHO melaporkan jumlah kematian akibat penyakit tersebut di seluruh dunia adalah 3,2 juta orang per tahun. Itu artinya setiap menit, enam orang meninggal dunia akibat diabetes.

Metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus adalah dua mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Keterkaitan antara metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus dijelaskan oleh keberadaan hormon insulin. Penderita diabetes mellitus mengalami kerusakan dalam produksi maupun sistem kerja insulin, sedangkan ini sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi metabolisme karbohidrat. Akibatnya penderita diabetes mellitus akan mengalami gangguan pada metabolisme karbohidrat.

Diabetes mellitus sering disebut sebagai ‘the great imitator”, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi. Diabetes Melitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan.

Penyakit diabetes mellitus terjadi akibat adanya gangguan mekanisme kerja hormon insulin, sehingga gula darah yang ada di dalam tubuh tidak dapat dinetralisir. Gizi juga dapat menunjukkan peranannya dalam terjadinya Diabetes mellitus dalam dua arah yang berlawanan. Gizi lebih yang merupakan petunjuk umum peningkatan taraf kesejahteraan perorangan, memperbesar kemungkinan menifestasi diabetes mellitus, terutama pada mereka yang memang dilahirkan dengan bakat tersebut.

Program perbaikan gizi di Indonesia, diarahkan pada peningkatan kuantitas dan kualitas makanan. Belum adanya pedoman yang nyata akan taraf gizi yang dianggap optimal membuka peluang terjadinya gizi lebih dan yang diketahui cenderung lebih mudah jatuh dalam diabetes mellitus . Disamping itu, usaha diversifikasi menu makanan rakyat, perlu diimbangi dengan kegiatan-kegiatan lain untuk membebaskan bahan makanan yang potensial untuk dimakan dari racun yang dapat mertugikan pertumbuhan jaringan dalam tubuh manusia.

A. Definisi Karbohidrat dan Lemak

Istilah karbohidrat berasal dari penulisannya Cx (H2O). dari rumus ini karbohidrat dianggap sebagai hidrat dari karbon. Karbohidrat merupakan polimer alam (biopolimer) adalah disakarida. Polisakarida terbentuk dari monomer-monomer monosakarida yang bergabung melalui ikatan kovalen berupa ikatan glikosida dalam reaksi polimerisasi dan kondensasi. Sakarida sendiri berasal dari bahasa Arab dari kata Sakkar yang artinya gula.

Meski yang dimaksud dengan makromolekul berupa polimer dalam karbohidrat adalah polisakarida, namun untuk mempelajari polisakarida dan mengingat peran karbohidrat lainnya, yakni monosakarida dan disakarida yang penting dalam kehidupan, maka pembahasan secara umum akan meliputi monosakarida, disakarida, polisakarida dan peran karbohidrat dalam kehidupan sehari-hari.

Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gzi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energy di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikomsumsi akan menghasilkan energi sebanyak 4 kkal dari energi hasil proses oksidasi pembakaran. Karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga atau bekerja. Di dalam sistem pencernaan dan juga usus halus, semua jenis karbohidrat yang dikomsumsi akan terkonversi menjadi glukosa untuk kemudian diabsorbsi oleh aliran darah dan ditempatkan ke berbagai organ dan jaringan tubuh. Molekul glukosa hasil konversi berbagai macam jenis karbohidrat inilah yang kemudian akan berfungsi sebagai dasar bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Melalui berbagai tahapan dalam proses metabolisme. Sel-sel yang terdapat dalam tubuh dapat mengoksidasi glukosa, dimana proses ini juga akan disertai dengan produksi energi. Proses metabolisme glukosa yang terjadi di dalam tubuh ini akan memberikan kontribusi hampir lebih dari 50% bagi ketersediaan energi di dalam tubuh, karbohidrat yang telah terkonversi menjadi glukosa tidak hanya akan berfungsi sebagai sumber energi utama.

Lemak adalah salah satu zat gizi yang komposisinya terdiri atas, asam lemak, triglyserida, kolesterol, fosfolipid, dan glikolipid. Fungsinya antara lain sebagai sumber energi, sebagai bantalan terhadap benturan dan sebagai isolator terhadap panas.

B. Definisi dan Klasifikasi Diabetes mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh dikarenakan ketidakmampuan tubuh membuat atau menyuplai hormon insulin yang menyebabkan terjadinya peningkatan gula darah melebihi nilai normal. Di kalangan masyarakat luas, penyakit ini lebih dikenal dengan penyakit gula atau kencing manis. Gejalanya sangat bervariasi, DM dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil atau berat badan yang menurun.

Penyakit DM kadang pula gambaran kliniknya tidak jelas, asimtomatik dan diabetes baru ditemuikan pada saat pemeriksaaan penyaringan atau pemeriksaan untuk penyakit lain. Dari sudut pandang penderita DM sendiri, hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan kemudian didiagnosis sebagai DM dengan keluhan yaitu terjadi kelainan pada kulit seperti gatal-gatal, bisulan. Selain itu juga terjadi kelainan gimnekologis seperti keputihan dan lain-lain.

Gejala pada Dm merupakan akibat dari adanya ketidakseimbangan dalam metabolisme hidrat arang, protein, lemak dengan produksi ataupun fungsi hormon insulin. DM adalah suatu sindrom klinik yang terdiri dari peningkatan kadar gula darah, ekskresi gula melalui air seni dan gangguan mekanisme kerja hormon insulin. Kelainan tersebut timbul secara bertahap dan bersifat menahun.

Klasifikasi etiologis DM berdasarkan konsensus pengelolaan Diabetes mellitus di Indonesia tahun 2002 yaitu :

· DM tipe 1

Dahulu dikenal sebagai Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Penderita DM tipe 1 mengalami destruksi sel beta yang dapat mengakibatkan defisiensi insulin absolut karena proses autoimun ataupun idiopatik.

· DM tipe 2

Dahulu dikenal sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Penyebab Dm tipe 2 bervariasi mulai resistensi insulin yang disertai defisiensi insulin relatif hingga defekasi sekresi insulin yang disertai resistensi insulin.

· DM tipe lain

Berkaitan dengan kondisi atau sindroma tertentu :

1. Defek genetik fungsi sel beta

2. Defek genetik kerja Insulin

3. Penyakit ekstrim pankreas

4. Endokrinopati

5. Penggunaan obat atau zat kimia

C. Faktor Penyebab Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus disebabkan berkurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi insulin yang sebenarnya berjumlah cukup. Kekurangan insulin disebabkan adanya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin. Namun, jika dirunut lebih lanjut, beberapa faktor yang menyebabkan DM sebagai berikut :

1. Genetik atau faktor Keturunan

DM cenderung diturunkan atau diwariskan , Bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum wanita yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.

2. Virus dan Bakteri

Virus penyebab Dm adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. DM akibat bakteri belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.

3. Bahan tosik atau Beracun

Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari jenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong.

4. Nutrisi

Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko pertama yang diketahui menyebabkan DM. Semakin berat badan berlebih atau obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit DM.

5. Kaitan Diabetes Mellitus dan Metabolisme Karbohidrat

Metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus adalah dua mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Keterkaitan antara metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus dijelaskan oleh keberadaan hormon insulin. Penderita diabetes mellitus mengalami kerusakan dalam produksi maupun sistem kerja insulin, sedangkan ini sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi metabolisme karbohidrat. Akibatnya penderita diabetes mellitus akan mengalami gangguan pada metabolisme karbohidrat.

Diabetes mellitus sering disebut sebagai ‘the great imitator”, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat bervariasi. Diabetes melitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan.

Penyakit diabetes mellitus terjadi akibat adanya gangguan mekanisme kerja hormon insulin, sehingga gula darah yang ada di dalam tubuh tidak dapat dinetralisir. Gizi juga dapat menunjukkan peranannya dalam terjadinya Diabetes mellitus dalam dua arah yang berlawanan. Gizi lebih yang merupakan petunjuk umum peningkatan taraf kesejahteraan perorangan, memperbesar kemungkinan manifestasi diabetes Mellitus, terutama pada mereka yang memang dilahirkan dengan bakat tersebut.

Insulin berupa polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas. Insulin terdiri dari atas dua rantai polipetida. Struktur insulin manusia dan beberapa spesies mamalia kini telah diketahui. Insulin manusia terdiri dari dua residu asam amino pada rantai A dan 30 residu pada rantai B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh adanya dua buah rantai disulfida (Granner, 2003).

Sel-sel tubuh menangkap insulin pada suatu reseptor glikoprotein spesifik yang terdapat pada membran sel. Reseptor tersebut berupa heterodimer yang terdiri atas subunit A dan subunit B dengan konfigurasi A­2B2. Subunit A berada pada permukaan luar membran sel dan berfungsi mengikat insulin. Subunit B berupa protein trans membran yang melaksanakan fungsi tranduksi sinyal. Bagian sitoplasma subunit B mempunyai aktivitas tirosin kinase dan tapak autofosforilasi (King, 2007).

Insulin mengatur metabolisme glukosa dengan memfosforilasi substrat reseptor insulin (IRS) melalui aktivitas tirosin kinase subunit B pada reseptor insulin. IRS terfosforilasi memicu serangkaian reaksi kaskade yang efek nettonya adalah mengurangi kadar glukosa dalam darah. Oleh karena itu, penderita DM yang jumlah insulinnya tidak mencukupi atau bekerja tidak efektif akan mengalami hiperglikemia. Ada empat mekanisme yang terlibat yaitu :

1. Meningkatkan difusi glukosa ke dalam sel

Pengangkutan glukosa ke dalam sel melalui proses difusi dengan bantuan protein pembawa. Protein ini diidentifikasi melalui teknik kloning molecular. Ada 5 jenis protein pembawa tersebut yaitu GLUT1, GLUT2, GLUT3, GLUT4 dan GLUT5. GLUT1 merupakan pengangkut glukosa yang ada pada otak, ginjal, kolon dan eritrosit. GLUT2 terdapat pada sel hati, pankreas, usus halus dan ginjal. GLUT3 berfungsi pada sel otak, ginjal dan plasenta. GLUT4 terletak di jaringan adiposa, otot jantung dan otot skeletal. GLUT5 bertanggung jawab terhadap absorbsi glukosa dari usus halus. Insulin meningkatkan secara signifikan jumlah protein pembawa terutama GLUT4. Sinyal yang ditransmisikan oleh insulin menarik pengangkut glukosa ke tempat yang aktif pada membran plasma. Translokasi protein ini bergantung pada suhu dan energi serta tidak bergantung pada sintesis protein. Efek ini tidak terjadi pada hati.

2. Peningkatan aktivitas Enzim

Pada orang yang normal, sekitar separuh dari glukosa yang dikonsumsi menjadi energi lewat glikolisis dan separuh lagi disimpan sebagai lemak atau glikogen. Glikolisi akan menurun dalam keadaan tanpa insulin dan proses glikogenesis ataupun lipogenesis akan terhalang. Hormon insulin meningkatkan glikolosis sel-sel hati dengan cara meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang berperan. Termasuk glukokinase, fosforfruktokinase dan piruvat kinaser. Bertambahnya glikolisis akan meningkatkan penggunaan glukosa dan dengan demikian secara tidak langsung menurunkan pelepasan glukosa ke plasma darah . Insulin juga menurunkan aktivitas glukosa-6-fosfatase yaitu enzim yang ditemukan di hati dam berfungsi mengubah glukosa menjadi menjadi glukosa 6-fosfat. Penumpukan glukosa 6-fosfat dalam, sel mengakibatkan retensi glukosa yang mengarah pada Dm tipe2.

Banyak efek metabolik insulin, khususnya yang terjadi dengan cepat dilakukan dengan mempengaruhi reaksi fosforilasi dan difosforilasi protein yang selanjutnya mengubah aktivitas enzimatik enzim tersebut. Kerja insulin dilaksanakan dengan mengaktifkan protein kinase, menghambat protein kinaser lain atau merangsang aktivitas fosfoprotein fosfatase. Defosforilasi meningkatkan aktivitas sejumlah enzim penting. Modifikasi kovalen ini memungkinkan terjadinya perubahan yang hampir seketika pada aktivitas Mekanisme defosforilase enzim dilakukan melalui reaksi kaskade yang dipicu oleh fosforilase substrat reseptor insulin. Sebagai contoh pengaruh insulin pada enzim glikogen sintase dan glikogen fosforillase (King, 2007).

3. Menghambat kerja cAMP

Dalam menghambat atau merangsang suatu kerja enzim, insulin memainkan peran ganda. Selain menghambat secara langsung, insulin juga mengurangi terbentukmnya cAMP yang memiliki sifat antagonis terhadap insulin. Insulin merangsang terbentuknya fosfodiesterase-cAMP. Dengan demikian insulin mengurangi kadar cAMP dalam darah.

4. Mempengaruhi Ekspresi gen

Insulin mempengaruhi berbagai proses spesifik dalam nukleolus. Enzim fosfoenolpiruvat karboksinase mengkatalisis tahap yang membatasi kecepatan reaksi dalam glukoegenesis. Sintesis enzim tersebut dikurangi oleh insulin dengan demikian, glukogenesis akan menurun. Hasil penelitian menunjukkan transkripsi enzim ini menurun dalam beberapa menit setelah penambahan insulin. Penurunan transkripsi tersebut menyebabkan terjadinya penurunan laju enzim ini.

D. Pencegahan dan Pengobatan Diabetes Mellitus

DM dapat dicegah dengan menerapkan hidup sehat sedini mungkin yaitu dengan mnempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang dengan meningkatkan konsumsi sayuran, buah dan serat, membatasi makanan yang tinggi karbohidrat dan lemak, mempertahankan berat badan yang normal sesuai dengan umur dan tinggi badan serta olahraga teratur sesuai umur dan kemampuan.Tujuan pengobatan penderita DM adalah untuk mengurangi gejala, menurunkan berat badan bagi yang obesitas dan mencegah terjadinya komplikasi.

1. Diit

Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diit sesuai yang dianjurkan, yang mendapat pengobatan anti diuretik atau insulin, harus menaati diit terus-menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan harus diatur.

2. Obat-obatan

Tablet/ suntikan antidiabetes diberikan, namun terapi diit tidak boleh ditinggalkan dan pengobatan penyulit lain yang menyertai suntikan insulin.

3. Olahraga

Dengan olahraga teratur sensivitas sel terhadap insulin menjadi lebih baik, sehingga insulin yang ada walaupun relatif kurang, kurang dipakai dengan lebih efektif. Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan terutama pagi hari selama satu jam perhari minimal tiga kali seminggu.

Penderita DM sebaiknya konsultasi gizi kepada Dokter atau Nutrionis (Ahli Gizi) setiap enam bulan sekali untuk mengatur pola diit dan makan guna mengakomodasikan pertumbuhan dan perubahan berat badan sesuai pola hidup.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Obesitas Remaja

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Obesitas (kegemukan) pada remaja tidak dapat dipandang sebelah mata. Semakin banyaknya remaja yang mengalami obesitas saat ini menjadi indikasi masalah kesehatan yang akan terus berkembang. Sebuah langkah penting untuk mengenal obesitas pada remaja secara lebih dalam, mengingat obesitas sering menimbulkan risiko kesehatan lainnya yang lebih serius.

Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja. Remaja yang mengalami kelebihan berat badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut. Di samping risiko kesehatan jangka panjang seperti peningkatan tekanan darah dan diabetes, masalah sosial dan emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan remaja putus asa. Belum lagi jika usaha menurunkan berat badan tidak memberikan hasil terbaik. Remaja perlu diingatkan bahwa tidak ada gambaran tubuh yang sempurna yang dapat dicapai. Berat yang sesuai untuk seseorang belum tentu tepat untuk orang lain. Remaja harus didorong untuk mencapai berat badan yang sehat.

Menurunkan berat badan dan tetap mempertahankannya merupakan komitmen jangka panjang. Diperlukan perubahan gaya hidup yang teratur dan konsisten agar upaya yang telah dilakukan tidak sia-sia. Diet yang berlebihan akan mengurangi asupan nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan remaja. Sementara pil penurun berat badan instan hanyalah solusi sementara yang tidak menyelesaikan akar permasalahan. Aktivitas fisik juga diperlukan untuk membantu penurunan berat badan dan membakar kalori. Ikut serta dalam tim olahraga di sekolah, bersepeda atau mungkin berjalan kaki ke sekolah merupakan diantara cara untuk membuat remaja tetap aktif. Mencuci mobil atau melakukan pekerjaan rumah tangga juga dapat dihitung sebagai aktivitas fisik.

Biasakan remaja untuk sarapan sebelum memulai aktivitas. Walaupun kadang dianggap sepele, namun sesungguhnya sarapan merupakan hal yang penting. Sarapan yang bergizi akan memberi energi untuk menghadapi aktivitas sepanjang hari. Selain itu, sarapan dapat mencegah remaja makan berlebihan pada siang dan malam harinya. Bekali juga remaja dengan cemilan sehat seperti buah-buahan. Mengukur porsi makanan juga penting. Makanlah hanya saat lapar dan berhenti sebelum benar-benar merasa kenyang. Hal yang sering dilupakan oleh remaja adalah konsumsi minuman yang mengandung gula dan kalori berlebih seperti soda. Padahal, kelebihan kalori akan berakibat pada obesitas. Kebiasaan sehat harus ditularkan ke seluruh anggota keluarga. Makanan sehat dan aktivitas fisik tentunya baik untuk semua orang. Remaja yang sedang dalam proses penurunan berat badan memerlukan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.

A. Kebutuhan akan zat gizi pada remaja

Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum dirasakan pada recommended Daily Allowances(RDA). Untuk perekembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika komsumsi energi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet, dan psikososial.

Banyaknya energi yang dibutuhkan oleh remaja dapat diacu pada tabel RDA. Secara garis, remaja putra memerlukan lebih banyak energi dibandingkan remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putra membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usia 12 tahun (2.550 kkal), untuk kemudian menurun menjadi 2200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis. Wait dkk, Menganjurkan penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai penentu kebutuhan akan energi yang lebih baik. Perkiraan energi untuk remaja putra berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm, sementara remaja putri dengan usia yang sama yaitu 10-15 kkal/cm

Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja putra kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0,29-0,32 g/cm tinggi badan. Sementara remaja putri hanya 0,27-0,29 g/cm.

Kebutuhan akan semua jenis mineral juga meningkat. Peningkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok karena kedua mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg (remaja).

Peningkatan kebutuhan akan energi dan zat gizi sekaligus memerlukan tambahan vitamin diatas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin, riboflavin, dan niacin harus ditambah sejajar dengan pertambahan energi. Vtamin ini diketahui berperan dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat.

B. Penyebab obesitas pada remaja

Masa remaja sering diartikan sebagai jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun pada masa ini sangat rentan ,terjadi masalah pada kondisi fisik, psikis, sosial dan gizi.

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:

  • Faktor genetik . Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
  • Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
  • Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.

Kebanyakan remaja tidak mengetahui tentang asupan makanannya. Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti besi (Fe), kalsium (Ca), dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan bedampak pada kesehatan dalam fase kehidupan, setelah dewasa dan berusia lanjut.

Sebaliknya ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga ke dewasa dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor resiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, atritis, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan dan bebrbagai gangguan kulit.

C. Gejala dan Derajat Obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

Obesitas terjadi jika seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan aktivitas fisik. Namun untuk menjaga berat badan, perlu adanya keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Ketidakseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada kelebihan berat badan dan obesitas. Ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar ini berbeda pada tiap individu. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya genetik dan lingkungan.
Derajat obesitas biasanya diukur dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai BMI diperoleh dari membagi berat badan dalam kilogram (kg) dengan kuadrat tinggi dalam meter (m2). Nilai 25-29,9 dikategorikan sebagai berat badan lebih (overweight), sedangkan nilai 30 atau lebih dikatakan sebagai obesitas.

Tabel Klasifikasi BMI

Klasifikasi

BMI (kg/m2)


Underweight

<18.50


Berat

<16.00>


Menengah

16.00 - 16.99


Ringan

17.00 - 18.49


Batas Normal

18.50 - 24.99



Overweight

≥25.00


Pre-obesitas

25.00 - 29.99



Obesitas

≥30.00


Obesitas I

30.00 - 34-99



Obesitas II

35.00 - 39.99



Obesitas III

≥40.00


Sumber: Diadaptasi dari WHO

D. Cara Penurunan Berat Badan yang Sehat Pada Remaja
Tujuan dari terapi obesitas tak lain untuk mencapai dan menjaga berat badan yang
sehat. Jumlah kilogram berat badan yang harus diturunkan ini terkadang lebih sedikit daripada yang dirasakan oleh mereka yang menjalani terapi obesitas.

Padahal, penurunan berat badan sekitar 5-10% saja sudah dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan. Namun jangan pernah berhenti saat mencapai hasil ini. Penurunan berat badan 0,5-1 kg per minggu secara perlahan dan konstan merupakan cara yang aman untuk menjaga berat badan.

Upaya untuk mencapai berat badan yang sehat dapat dilakukan melalui perubahan pola makan (diet), peningkatan aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku. Dokter dapat meresepkan obat antiobesitas atau merekomendasikan tindakan bedah untuk membantu menurunkan berat badan. Namun semua itu tergantung kepada kondisi tiap individu.

  • Perubahan Pola Makan (Diet)
    Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak. Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui kebutuhan kalori anda.
    Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalam masa pertumbuhan remaja, misalnya dengan terjadinya defisiensi vitamin. Puasa terus-menerus juga bukanlah suatu jawaban karena penurunan berat badan kebanyakan berasal dari kehilangan air dari dalam tubuh, sehingga tubuh akan terasa lemas.
  • Peningkatan Aktivitas Fisik
    Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar lebih banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang dilakukan. Salah satu cara untuk menghilangkan lemak tubuh adalah dengan aerobik atau berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya. Dapat pula dilakukan modifikasi yang dapat meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Misalnya dengan lebih memilih menggunakan tangga untuk naik atau turun beberapa lantai dibanding menggunakan elevator.
  • Modifikasi Perilaku
    Modifikasi perilaku digunakan untuk mangatur/memodifikasi pola makan dan aktivitas fisik pada mereka yang menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku ini dapat diketahui faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas.
  • Obat Antiobesitas
    Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat antiobesitas jika:
    • Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.
    • Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas, seperti diabetes, peningkatan tekanan darah, dan sleep apnea.
    • Nilai BMI lebih dari 30.

Ada dua jenis obat yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk penurunan berat badan, yakni:

    • Sibutramin
      Sibutramin bekerja untuk menekan nafsu makan dengan cara menghambat ambilan ulang neurotransmiter norepinefrin dan serotonin. Sibutramine mengubah kimiawi otak sehingga anda akan merasa lebih cepat kenyang.
      Walaupun secara umum sibutramin dapat lebih menurunkan berat badan dibanding diet dan olahraga, namun itu bukanlah segalanya. Penelitian menunjukkan bahwa setelah satu tahun, pengguna sibutramin mengalami penurunan berat badan hanya sekitar 5 kg dibanding mereka yang menjalani diet rendah kalori dan menggunakan plasebo.
      Efek samping penggunaan sibutramin yakni peningkatan tekanan darah, sakit kepala, mulut kering, konstipasi, dan insomnia.
    • Orlistat
      Orlistat merupakan suatu penghambat lipase, bekerja dengan membatasi absorpsi lemak diet dari dalam tubuh. Orlistat mencegah penyerapan/absorpsi lemak di usus. Lemak yang tidak diserap akan keluar bersama kotoran.
      Rata-rata penurunan berat dengan menggunakan orlistat adalah sekitar 3 kg setelah satu tahun. Penggunaan orlistat harus disertai dengan diet untuk memperoleh hasil terbaik.
      Efek samping orlistat diantaranya kotoran yang berminyak dan pergerakan usus yang lebih sering. Karena orlistat menghalangi penyerapan beberapa nutrien, dokter juga akan penggunaan multivitamin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS