Obesitas Remaja
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Obesitas (kegemukan) pada remaja tidak dapat dipandang sebelah mata. Semakin banyaknya remaja yang mengalami obesitas saat ini menjadi indikasi masalah kesehatan yang akan terus berkembang. Sebuah langkah penting untuk mengenal obesitas pada remaja secara lebih dalam, mengingat obesitas sering menimbulkan risiko kesehatan lainnya yang lebih serius.
Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja. Remaja yang mengalami kelebihan berat badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut. Di samping risiko kesehatan jangka panjang seperti peningkatan tekanan darah dan diabetes, masalah sosial dan emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan remaja putus asa. Belum lagi jika usaha menurunkan berat badan tidak memberikan hasil terbaik. Remaja perlu diingatkan bahwa tidak ada gambaran tubuh yang sempurna yang dapat dicapai. Berat yang sesuai untuk seseorang belum tentu tepat untuk orang lain. Remaja harus didorong untuk mencapai berat badan yang sehat.
Menurunkan berat badan dan tetap mempertahankannya merupakan komitmen jangka panjang. Diperlukan perubahan gaya hidup yang teratur dan konsisten agar upaya yang telah dilakukan tidak sia-sia. Diet yang berlebihan akan mengurangi asupan nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan remaja. Sementara pil penurun berat badan instan hanyalah solusi sementara yang tidak menyelesaikan akar permasalahan. Aktivitas fisik juga diperlukan untuk membantu penurunan berat badan dan membakar kalori. Ikut serta dalam tim olahraga di sekolah, bersepeda atau mungkin berjalan kaki ke sekolah merupakan diantara cara untuk membuat remaja tetap aktif. Mencuci mobil atau melakukan pekerjaan rumah tangga juga dapat dihitung sebagai aktivitas fisik.
Biasakan remaja untuk sarapan sebelum memulai aktivitas. Walaupun kadang dianggap sepele, namun sesungguhnya sarapan merupakan hal yang penting. Sarapan yang bergizi akan memberi energi untuk menghadapi aktivitas sepanjang hari. Selain itu, sarapan dapat mencegah remaja makan berlebihan pada siang dan malam harinya. Bekali juga remaja dengan cemilan sehat seperti buah-buahan. Mengukur porsi makanan juga penting. Makanlah hanya saat lapar dan berhenti sebelum benar-benar merasa kenyang. Hal yang sering dilupakan oleh remaja adalah konsumsi minuman yang mengandung gula dan kalori berlebih seperti soda. Padahal, kelebihan kalori akan berakibat pada obesitas. Kebiasaan sehat harus ditularkan ke seluruh anggota keluarga. Makanan sehat dan aktivitas fisik tentunya baik untuk semua orang. Remaja yang sedang dalam proses penurunan berat badan memerlukan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.
A. Kebutuhan akan zat gizi pada remaja
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum dirasakan pada recommended Daily Allowances(RDA). Untuk perekembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika komsumsi energi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet, dan psikososial.
Banyaknya energi yang dibutuhkan oleh remaja dapat diacu pada tabel RDA. Secara garis, remaja putra memerlukan lebih banyak energi dibandingkan remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putra membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usia 12 tahun (2.550 kkal), untuk kemudian menurun menjadi 2200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis. Wait dkk, Menganjurkan penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai penentu kebutuhan akan energi yang lebih baik. Perkiraan energi untuk remaja putra berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm, sementara remaja putri dengan usia yang sama yaitu 10-15 kkal/cm
Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja putra kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0,29-0,32 g/cm tinggi badan. Sementara remaja putri hanya 0,27-0,29 g/cm.
Kebutuhan akan semua jenis mineral juga meningkat. Peningkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok karena kedua mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg (remaja).
Peningkatan kebutuhan akan energi dan zat gizi sekaligus memerlukan tambahan vitamin diatas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin, riboflavin, dan niacin harus ditambah sejajar dengan pertambahan energi. Vtamin ini diketahui berperan dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat.
B. Penyebab obesitas pada remaja
Masa remaja sering diartikan sebagai jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun pada masa ini sangat rentan ,terjadi masalah pada kondisi fisik, psikis, sosial dan gizi.
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:
- Faktor genetik . Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
- Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
- Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Kebanyakan remaja tidak mengetahui tentang asupan makanannya. Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti besi (Fe), kalsium (Ca), dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan bedampak pada kesehatan dalam fase kehidupan, setelah dewasa dan berusia lanjut.
Sebaliknya ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga ke dewasa dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor resiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, atritis, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan dan bebrbagai gangguan kulit.
C. Gejala dan Derajat Obesitas
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
Obesitas terjadi jika seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan aktivitas fisik. Namun untuk menjaga berat badan, perlu adanya keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Ketidakseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada kelebihan berat badan dan obesitas. Ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar ini berbeda pada tiap individu. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya genetik dan lingkungan.
Derajat obesitas biasanya diukur dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). Nilai BMI diperoleh dari membagi berat badan dalam kilogram (kg) dengan kuadrat tinggi dalam meter (m2). Nilai 25-29,9 dikategorikan sebagai berat badan lebih (overweight), sedangkan nilai 30 atau lebih dikatakan sebagai obesitas.
Tabel Klasifikasi BMI
| Klasifikasi | BMI (kg/m2) |
|
| Underweight | <18.50 |
|
| Berat | <16.00> |
|
| Menengah | 16.00 - 16.99 |
|
| Ringan | 17.00 - 18.49 |
|
| Batas Normal | 18.50 - 24.99 |
|
|
| ||
| Overweight | ≥25.00 |
|
| Pre-obesitas | 25.00 - 29.99 |
|
|
| ||
| Obesitas | ≥30.00 |
|
| Obesitas I | 30.00 - 34-99 |
|
|
| ||
| Obesitas II | 35.00 - 39.99 |
|
|
| ||
| Obesitas III | ≥40.00 |
|
Sumber: Diadaptasi dari WHO
D. Cara Penurunan Berat Badan yang Sehat Pada Remaja
Tujuan dari terapi obesitas tak lain untuk mencapai dan menjaga berat badan yang sehat. Jumlah kilogram berat badan yang harus diturunkan ini terkadang lebih sedikit daripada yang dirasakan oleh mereka yang menjalani terapi obesitas.
Padahal, penurunan berat badan sekitar 5-10% saja sudah dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan. Namun jangan pernah berhenti saat mencapai hasil ini. Penurunan berat badan 0,5-1 kg per minggu secara perlahan dan konstan merupakan cara yang aman untuk menjaga berat badan.
Upaya untuk mencapai berat badan yang sehat dapat dilakukan melalui perubahan pola makan (diet), peningkatan aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku. Dokter dapat meresepkan obat antiobesitas atau merekomendasikan tindakan bedah untuk membantu menurunkan berat badan. Namun semua itu tergantung kepada kondisi tiap individu.
- Perubahan Pola Makan (Diet)
Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak. Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui kebutuhan kalori anda.
Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalam masa pertumbuhan remaja, misalnya dengan terjadinya defisiensi vitamin. Puasa terus-menerus juga bukanlah suatu jawaban karena penurunan berat badan kebanyakan berasal dari kehilangan air dari dalam tubuh, sehingga tubuh akan terasa lemas. - Peningkatan Aktivitas Fisik
Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar lebih banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang dilakukan. Salah satu cara untuk menghilangkan lemak tubuh adalah dengan aerobik atau berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya. Dapat pula dilakukan modifikasi yang dapat meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Misalnya dengan lebih memilih menggunakan tangga untuk naik atau turun beberapa lantai dibanding menggunakan elevator. - Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku digunakan untuk mangatur/memodifikasi pola makan dan aktivitas fisik pada mereka yang menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku ini dapat diketahui faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas. - Obat Antiobesitas
Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat antiobesitas jika: - Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.
- Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas, seperti diabetes, peningkatan tekanan darah, dan sleep apnea.
- Nilai BMI lebih dari 30.
Ada dua jenis obat yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk penurunan berat badan, yakni:
- Sibutramin
Sibutramin bekerja untuk menekan nafsu makan dengan cara menghambat ambilan ulang neurotransmiter norepinefrin dan serotonin. Sibutramine mengubah kimiawi otak sehingga anda akan merasa lebih cepat kenyang.
Walaupun secara umum sibutramin dapat lebih menurunkan berat badan dibanding diet dan olahraga, namun itu bukanlah segalanya. Penelitian menunjukkan bahwa setelah satu tahun, pengguna sibutramin mengalami penurunan berat badan hanya sekitar 5 kg dibanding mereka yang menjalani diet rendah kalori dan menggunakan plasebo.
Efek samping penggunaan sibutramin yakni peningkatan tekanan darah, sakit kepala, mulut kering, konstipasi, dan insomnia. - Orlistat
Orlistat merupakan suatu penghambat lipase, bekerja dengan membatasi absorpsi lemak diet dari dalam tubuh. Orlistat mencegah penyerapan/absorpsi lemak di usus. Lemak yang tidak diserap akan keluar bersama kotoran.
Rata-rata penurunan berat dengan menggunakan orlistat adalah sekitar 3 kg setelah satu tahun. Penggunaan orlistat harus disertai dengan diet untuk memperoleh hasil terbaik.
Efek samping orlistat diantaranya kotoran yang berminyak dan pergerakan usus yang lebih sering. Karena orlistat menghalangi penyerapan beberapa nutrien, dokter juga akan penggunaan multivitamin.







0 Response to "Obesitas Remaja"
Posting Komentar